Jumat, 01 Juni 2012

Menjangkau Daerah yang Tak Terjangkau Pendidikan


       Volunteer Teaching Indonesia Children adalah program mengajar anak TKI yang diselenggarakan oleh Kepala Sekolah Dasar Nonformal SOP daerah Miri dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Malaysia, dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Dalam kegiatan ini pihak KJRI Kuching Malaysia mengundang mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta untuk berpartisipasi sebagai pengajar. Mereka adalah Asep Rudi Casmana (Mahasiswa UNJ Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Politik), Ervina Maulida (Mahasiswi UNJ Jurusan Ekonomi dan Administrasi), dan Ineu Rahmawati  (Mahasiswi PNJ Jurusan Penerbitan).  Tema dari kegiatan ini adalah Kurangi Buta Aksara Anak Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah pemberantasan buta aksara pada anak Indonesia usia 5-12 tahun yang berada di daerah Miri, Sarawak Malaysia. Kegiatan ini diadakan pada 21-25 Mei 2012.
Kegitaan ini juga diharapkan bisa membuat anak Indonesia yang berada di daerah Miri, Sarawak Malaysia mendapatkan pendidikan yang layak sama seperti anak Indonesia yag berada di Indonesia. Kegiatan Volunteer Teaching Indonesia Children dibuka oleh Bapak Djoko selaku Kepala Konsul  KJRI Kuching bersamaan dengan upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Setelah melakukan  upacara, kami dikirim ke daerah pelosok Miri untuk kegiatan mengajar. Jarak tempuh untuk menjangkau daerah Miri sekitar 13 jam dari Kuching.
Kegiatan mengajar hari pertama kami berada di sekolah dasar nonformal yang berada di Sarawak Oil Palm’s (SOP) Pinang. Kegiatan mengajar yang kami lakukan adalah baca tulis hitung, menyanyikan lagu-lagu bergembira, dan mengenalkan Indonesia pada murid-murid. Pembukaan acara mengajar di daerah SOP Pinang terdiri atas sambutan pihak perusahaan SOP, sambutan Muhamad Salim selaku Kepala Sekolah Nonformal, dan nyanyian lagu-lagu nasional yang dinyanyikan oleh siswa sekolah nonformal SOP Pinang. Kegiatan mengajar dilakukan dari pukul 09.00-15.00. Jumlah guru di sekolah ini 2 orang dan jumlah siswa yang bersekolah di daerah Pinang adalah 35 murid. Mereka terdiri dari 7 murid  Taman Kanak-Kanak, 6 murid kelas 1 SD, 8 murid kelas 2 SD, 7 murid kelas 3 SD, dan 7 murid kelas 4 SD. Setelah sekolah kegiatan malam hari siswa SOP Pinang  melanjutkan belajar baca tulis Al-Quran di mesjid dekat sekolah.  Namun karena keterbatasan listrik yang dijatah oleh pihak perusahaan ketika kami sedang menjalakan salat isya berjamaah tiba-tiba lampu padam.
Kegiatan hari kedua dilakukan di sekolah nonformal SOP Galasha. Jumlah guru di sekolah ini 2 orang dan jumlah anak Indonesia yang belajar di sekolah ini adalah 40 anak. Mereka terdiri dari 8 murid kelas 1 SD, 12 murid kelas 2 SD, 9 murid kelas 3 SD, 5 murid kelas 4 SD, 4 murid kelas 5 SD, dan 3 murid kelas 6 SD.. Kegiatan hari ketiga dilakukan di sekolah nonformal SOP Lambir. Jumlah guru di sekolah ini 2 orang dan jumlah siswa pada sekolah ini 52 murid. Kelas 1 teridiri dari 20 murid, kelas 2 terdiri dari 12 murid, kelas 3 terdiri dari 10 murid, dan kelas 4 teridir dari 10 murid. Hari keempat kegiatan mengajar dilakukan di SOP Tulabi. Hanya satu guru yang mengajar di sekolah ini dan jumlah murid  20 murid, terdiri dari 10 murid kelas 1 SD, 5 murid kelas 2 SD, dan 5 murid kelas 3 SD.
Keadaan sekolah nonformal di semua perusahaan SOP sangat memprihatinkan. Satu sekolah hanya memiliki satu-dua ruangan kelas untuk belajar. Setiap ruangan kelas terdiri dari beberapa  murid dengan tingkatan kelas yang berbeda. Satu papan tulis terdiri dari beberapa mata pelajaran untuk setiap tingkatan kelas. Bangku dan meja untuk duduk pun sangat terbatas jumlahnya.
Anak-anak Indonesia yang sekolah di sekolah nonformal yang didirikan oleh KJRI dan pihak perusahaan Sarawak Oil Palm’s hanya memiliki satu seragam sekolah, yaitu putih biru. Namun di SOP Tulabi belum memakai seragam sekolah seperti sekolah nonformal lainnya. Mereka hanya menggunakan pakaian bebas seadanya dan sandal. Buku yang mereka gunakan sebagai penunjang pelajaran sangat terbatas. Satu guru hanya memiliki satu buku setiap mata pelajaran. Peralatan tulis setiap murid pun sangat terbatas, satu murid hanya memiliki satu buku tulis untuk semua mata pelajaran dan satu pensil. Penghapus sebagai alat hapus ketika salah menulis hanya ada satu di setiap kelas, mereka harus bersabar berbagi penghapus dengan yang lainnya.
Jarak antara sekolah dan rumah mereka cukup jauh. Mereka harus berjalan kaki sekitar 30 menit untuk sampai di sekolah. Karena jarak tempuh yag jauh mereka membawa bekal dari rumah masing-masing untuk dimakan pada saat makan siang nanti. Beberapa murid yang tidak membawa makanan mereka harus pulang berjalan kaki dan balik ke sekolah lagi.
Guru yang mengajar bukanlah tenaga pendidik yang memiliki keterampilan khusus untuk mengajar. Mereka hanyalah Tenaga Kerja Indonesia lulusan SMA yang peduli terhadap anak-anak TKI yang berada di Miri. Mereka tidak dibayar dengan gaji yang layak bahkan tak jarang dari mereka yang tidak dibayar baik oleh pihak perusahaan, orang tua murid, mau pun pihak KJRI. Walaupun semua serba terbatas mereka tetap bersemangat untuk mengajar anak-anak Indonesia yang terlantar di Miri.
“Harapan kami ingin mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah Indonesia kepada anak-anak Indonesia yang berada di daerah Sarawak. Mereka juga anak-anak Indonesia yang wajib mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak Indonesia lainnya,”ujar Muhamad Salim Kepala Sekolah nonformal SOP. Kami sangat mengharapkan bantuan seperti buku dan sarana belajar mengajar lainnya. Kami juga ingin membuat anak-anak Indonesia yang kami ajar menjadi pintar sama seperti anak Indonesia lainnya.
Setelah diadakan kegiatan ini diharapkan baik pemerintah, mahasiswa, perusahaan, maupun instansi lainnya mau peduli terhadap anak-anak Indonesia yang membutuhkan pendidikan dan memberantas buta aksara. Seperti bunyi Pasal 31 ayat 2 tentang pendidikan dan Kebudayaan, “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Mereka juga anak Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan serta sarana dan prasarana pendidikan yang layak. Senyum mereka adalah harapan bangsa. Salam semangat pendidikan anak Indonesia :)

Papan tulis untuk semua kelas

Keceriaan bersama guru dan murid SOP Tulabi

Bernyanyi lagu gembira
Mahasiswa UNJ dan PNJ, kiri Vina, Asep, Ineu

Bermain bersama murid SOP Lambir

Bermain bersama murid SOP Galasha

Pulang sekolah

2 komentar:

  1. keren...ga ada tambahan volenteer y?? :)

    BalasHapus
  2. Insya Allah bulan september akan diadakan OR untuk kegiatan volunteer selanjutnya. Nanti akan saya posting ^^

    BalasHapus