Rabu, 15 Januari 2014

Kota kecil nan bersahabat, Pare

Setelah lulus dari dunia perkuliahan, saya memutuskan untuk hengkang dari keramaian ibu kota dan angkot Bogor. Saya memutuskan untuk belajar dan mengasah kemampuan berkomunikasi saya dalam bahasa inggris. Ketika saya sudah memutuskan kemana kaki akan melangkah, saya berdiskusi dengan orang tua dan alhamdulilahnya ibu saya menyetujui.
Awal Oktober saya memutuskan untuk pergi ke sebuah kota kecil bernama Pare. Awalnya saya sedikit ragu dengan tempat ini. Namun setelah beberapa lama saya menetap dan hambir disebut "Native Pare" oleh teman-teman ternyata tempat ini memang tempat yang tepat untuk kalian yang sadar akan pentingnya bahasa internasional.
Ah, sebelum saya menginjakkan kaki ke kota kecil ini saya menganggap bahwa kota ini adalah kota komersil yang menjual semua kebutuhan dengan harga mahal. Tapi kenyataannya kota ini tepatnya Desa Tulungrejo sangat jauh dari perkiraan saya sebelumnya. Harga makanan, asrama, dan tempat kursusnya sangat terjangkau. Ini benar-benar membuat saya terheran mengapa daerah ini menjual semuanya serba murah. Setelah saya telaah ternyata ini adalah salah satu penyebab mengapa banyak orang mulai dari murid SD hingga pensiunan Kementerian datang ke sini untuk belajar bahasa inggris.
Ini salah satu hal yang saya sayangkan, kenapa saya beru menginjakkan kaki ke sini sekarang tapi yasudahlah semua sudah menjadi bubur hehe.
Beberapa bulan menetap di daerah yang jauh akan hiruk pikuk kehidupan kota membuat saya tenang dan belajar lebih fokus. Pare adalah tempat yang sangat mendukung pendatang untuk belajar. Disini tidak pernah saya mendengar jika orang berbicara bahasa inggris dianggap orang aneh atau sok tahu. Disini orang bebas berbahasa apa saja termasuk bahasa inggris. Saya sudah tidak heran mendengar orang mulai dari yang lancar berbahasa inggris sampai orang yang terbata-bata bahasa inggrisnya.
Semua orang disini saling menghargai walaupun bahasa inggrisnya sedikit "kacau" tapi mereka ga pernah menertawakan karena disini semua level sama "ingin lancar berbahasa inggris".
Asrama yang saya tempati pun wajib berbahasa inggris, walaupun ada new members yang tidak bisa berbahasa inggris tapi mereka harus mencoba untuk berbicara. Satu pelajaran yang saya ambil adalah kemampuan bahasa adalah kemampuan yang bisa diasah melalui kebiasaan atau "Language is habit".
Ah seandainya seantreo pelosok Indonesia mempunyai sistem belajar seperti ini, pasti banyak pelajar Indonesia yang sudah ikutan kegiatan exchange student atau schoolarship. Saya pun sadar bahwa kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dalam bahasa asing sangat penting bukan cuma untuk hari ini tapi untuk masa yang akan datang.
Cheers