Volunteer Teaching Indonesia
Children
adalah program mengajar anak TKI yang diselenggarakan oleh Kepala Sekolah Dasar
Nonformal SOP daerah Miri dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
Kuching, Malaysia, dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Dalam
kegiatan ini pihak KJRI Kuching Malaysia mengundang mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta dan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta untuk berpartisipasi sebagai
pengajar. Mereka adalah Asep Rudi Casmana (Mahasiswa UNJ Jurusan Pendidikan
Ilmu Sosial Politik), Ervina Maulida (Mahasiswi UNJ Jurusan Ekonomi dan
Administrasi), dan Ineu Rahmawati (Mahasiswi
PNJ Jurusan Penerbitan). Tema dari
kegiatan ini adalah Kurangi Buta Aksara Anak Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini
adalah pemberantasan buta aksara pada anak Indonesia usia 5-12 tahun yang
berada di daerah Miri, Sarawak Malaysia. Kegiatan ini diadakan pada 21-25 Mei
2012.
Kegitaan ini juga diharapkan bisa
membuat anak Indonesia yang berada di daerah Miri, Sarawak Malaysia mendapatkan
pendidikan yang layak sama seperti anak Indonesia yag berada di Indonesia.
Kegiatan Volunteer Teaching Indonesia
Children dibuka oleh Bapak Djoko selaku Kepala Konsul KJRI Kuching bersamaan dengan upacara
peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Setelah melakukan upacara, kami dikirim ke daerah pelosok Miri
untuk kegiatan mengajar. Jarak tempuh untuk menjangkau daerah Miri sekitar 13
jam dari Kuching.
Kegiatan mengajar hari pertama
kami berada di sekolah dasar nonformal yang berada di Sarawak Oil Palm’s (SOP) Pinang. Kegiatan mengajar yang kami lakukan adalah baca tulis hitung,
menyanyikan lagu-lagu bergembira, dan mengenalkan Indonesia pada murid-murid. Pembukaan
acara mengajar di daerah SOP Pinang terdiri atas sambutan pihak perusahaan SOP,
sambutan Muhamad Salim selaku Kepala Sekolah Nonformal, dan nyanyian lagu-lagu nasional yang dinyanyikan oleh siswa sekolah nonformal SOP
Pinang. Kegiatan mengajar dilakukan dari pukul 09.00-15.00. Jumlah guru di
sekolah ini 2 orang dan jumlah siswa yang bersekolah di daerah Pinang adalah 35
murid. Mereka terdiri dari 7 murid Taman
Kanak-Kanak, 6 murid kelas 1 SD, 8 murid kelas 2 SD, 7 murid kelas 3 SD, dan 7
murid kelas 4 SD. Setelah sekolah kegiatan malam hari siswa SOP Pinang melanjutkan belajar baca tulis Al-Quran di mesjid
dekat sekolah. Namun karena keterbatasan
listrik yang dijatah oleh pihak perusahaan ketika kami sedang menjalakan salat
isya berjamaah tiba-tiba lampu padam.
Kegiatan hari kedua dilakukan di
sekolah nonformal SOP Galasha. Jumlah guru di sekolah ini 2 orang dan jumlah
anak Indonesia yang belajar di sekolah ini adalah 40 anak. Mereka terdiri dari
8 murid kelas 1 SD, 12 murid kelas 2 SD, 9 murid kelas 3 SD, 5 murid kelas 4
SD, 4 murid kelas 5 SD, dan 3 murid kelas 6 SD.. Kegiatan hari ketiga dilakukan
di sekolah nonformal SOP Lambir. Jumlah guru di sekolah ini 2 orang dan jumlah
siswa pada sekolah ini 52 murid. Kelas 1 teridiri dari 20 murid, kelas 2
terdiri dari 12 murid, kelas 3 terdiri dari 10 murid, dan kelas 4 teridir dari
10 murid. Hari keempat kegiatan mengajar dilakukan di SOP Tulabi. Hanya satu
guru yang mengajar di sekolah ini dan jumlah murid 20 murid, terdiri dari 10 murid kelas 1 SD, 5
murid kelas 2 SD, dan 5 murid kelas 3 SD.
Keadaan sekolah nonformal di
semua perusahaan SOP sangat memprihatinkan. Satu sekolah hanya memiliki
satu-dua ruangan kelas untuk belajar. Setiap ruangan kelas terdiri dari
beberapa murid dengan tingkatan kelas
yang berbeda. Satu papan tulis terdiri dari beberapa mata pelajaran untuk
setiap tingkatan kelas. Bangku dan meja untuk duduk pun sangat terbatas
jumlahnya.
Anak-anak Indonesia yang sekolah
di sekolah nonformal yang didirikan oleh KJRI dan pihak perusahaan Sarawak Oil
Palm’s hanya memiliki satu seragam sekolah, yaitu putih biru. Namun di SOP
Tulabi belum memakai seragam sekolah seperti sekolah nonformal lainnya. Mereka
hanya menggunakan pakaian bebas seadanya dan sandal. Buku yang mereka gunakan
sebagai penunjang pelajaran sangat terbatas. Satu guru hanya memiliki satu buku
setiap mata pelajaran. Peralatan tulis setiap murid pun sangat terbatas, satu
murid hanya memiliki satu buku tulis untuk semua mata pelajaran dan satu
pensil. Penghapus sebagai alat hapus ketika salah menulis hanya ada satu di
setiap kelas, mereka harus bersabar berbagi penghapus dengan yang lainnya.
Jarak antara sekolah dan rumah
mereka cukup jauh. Mereka harus berjalan kaki sekitar 30 menit untuk sampai di
sekolah. Karena jarak tempuh yag jauh mereka membawa bekal dari rumah
masing-masing untuk dimakan pada saat makan siang nanti. Beberapa murid yang
tidak membawa makanan mereka harus pulang berjalan kaki dan balik ke sekolah
lagi.
Guru yang mengajar bukanlah
tenaga pendidik yang memiliki keterampilan khusus untuk mengajar. Mereka
hanyalah Tenaga Kerja Indonesia lulusan SMA yang peduli terhadap anak-anak TKI
yang berada di Miri. Mereka tidak dibayar dengan gaji yang layak bahkan tak
jarang dari mereka yang tidak dibayar baik oleh pihak perusahaan, orang tua
murid, mau pun pihak KJRI. Walaupun semua serba terbatas mereka tetap
bersemangat untuk mengajar anak-anak Indonesia yang terlantar di Miri.
“Harapan kami ingin mendapatkan
perhatian lebih dari pemerintah Indonesia kepada anak-anak Indonesia yang
berada di daerah Sarawak. Mereka juga anak-anak Indonesia yang wajib
mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak Indonesia lainnya,”ujar Muhamad Salim
Kepala Sekolah nonformal SOP. Kami sangat mengharapkan bantuan seperti buku dan
sarana belajar mengajar lainnya. Kami juga ingin membuat anak-anak Indonesia
yang kami ajar menjadi pintar sama seperti anak Indonesia lainnya.
Setelah diadakan kegiatan ini diharapkan baik pemerintah, mahasiswa, perusahaan, maupun instansi lainnya mau peduli terhadap anak-anak Indonesia yang membutuhkan pendidikan dan memberantas buta aksara. Seperti bunyi Pasal 31 ayat 2 tentang pendidikan dan Kebudayaan, “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Mereka juga anak Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan serta sarana dan prasarana pendidikan yang layak. Senyum mereka adalah harapan bangsa. Salam semangat pendidikan anak Indonesia :)
Papan tulis untuk semua kelas |
Keceriaan bersama guru dan murid SOP Tulabi |
Bernyanyi lagu gembira |
Mahasiswa UNJ dan PNJ, kiri Vina, Asep, Ineu |
Bermain bersama murid SOP Lambir |
Bermain bersama murid SOP Galasha |
Pulang sekolah |